A.
Dasar
Pemikiran
Shalat merupakan Salah satu rukun Islam yang lima.
Anjuran kewajiban shalat bagi setiap muslim langsung diterima rasulullah kepada
sang pencipta pada saat beliau diIsra mirajkan. Oleh sebab itu, kewajiban
shalat harus dilaksanakan sesuai yang diperintahkan oleh Allah Swt dan tata
caranya sebagimana yang dicontohkan oleh baginda Rasulullah SAW. Shalat yang
dimaksud adalah dzuhur, ashar, magrib, isya’ dan subuh.
Dengan demikian dasar waktu pelaksanaan shalat sebagaimana dijelaskan dalam firman
Allah SAW :
ان الصلاة كا نت على المؤ منين كتابا
موقوتا
“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang telah
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (Q.S. an-Nisa’ : 103)
Dan juga dijelaskan oleh Nabi SAW Sebagiman sabda beliau :
Dalam firman Allah tersebut diatas tentunya pengertian
waktu yang dimaksud masih bersifat global dan kemudian dijelaskan dalam haidts
Nabi SAW. Dalam hadits tersebut, berupa fenomena alam yang tentunya akan
mengalami kesulitan dalam menentukan awal waktu shalat. Untuk menentukan awal
waktu shalat dzuhur misalnya, kita harus keluar rumah melihat matahari
berkulminasi. Demikian pula untuk menentukan waktu ashar kita keluar rumah
dengan membawa tongkat kemudian mengukur dan membandingkan dengan panjang
tongkat itu, dan seterusnya.
Berdasarkan firman Allah SWT dan Hadits Nabi SAW tersebut
diatas serta seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka
untuk memudahkan kaum muslimin dalam melaksanakan ibadah shalat lima waktu
ditetapkan berdasarkan hasil hisab ditambah hisab waktu imsak, terbit matahari
dan waktu dluha.
Yang dimaksud waktu sholat dalam pengertian hisab ialah
awal masuknya waktu sholat. Waktu sholat ditentukan berdasarkan posisi matahari
diukur dari suatu tempat di muka bumi.Menghitung waktu sholat pada hakekatnya
adalah menghitung posisi matahari sesuai dengan
yang kriteria yang ditentukan ditentukan.
B.
Beberapa
Istilah
Sebelum melakukan perhitungan awal waktu-waktu shalat, terdapat beberapa
istilah penting yang
harus dipahami yaitu :
1.
Lintang
Tempat
Dihayalkan di permukaan bumi ada sebuah lingkaran besar yang jaraknya
sama, membagi bumi menjadi dua bagian yang sama besarnya (bumi bagian utara dan
bumi bagian selatan). Lingkaran ini dinamakan Katulistiwa atau Khathul
Istiwa’. Dalam astronomi disebut Equator.
Sejajar dengan katulistiwa atau equator
dapat dibuat lingkaran-lingkaran kecil yang sebanyak mungkin, baik di utara
maupun di selatan equator hingga mencapai kutub utara maupun kutub selatan.
Lingkaran paralel ini disebut garis-garis lintang. Garis lintang
yang melalu suatu tempat disebut garis lintang tempat dan jarak
antara katulistiwa sampai garis lintang diukur sepanjang garis meridian di
sebut lintang Tempat atau Lintang Geografis atau Urdul Balad yang
dilambangkan dengan j (phi).
Lintang tempat bagi
kota-kota yang berada di utara equator disebut Lintang Tempat Utara atau Lintang
Utara ( LU ) dan bertanda positif sedangkan bagi kota-kota yang berada
di sebelah selatan equator di sebut Lintang Tempat Selatan atau Lintang
Selatan ( LS ) dan bertanda negatif.
2.
Bujur
Tempat
Begitu juga, bumi ini di hayalkan dengan
lingkaran-lingkaran besar yang ditarik dari kutub utara sampai kutub selatan.
Lingkaran-lingkaran ini disebut Lingkaran Bujur atau Garis Bujur dan atau
Lingkaran Meridian/Meridian.
Ada satu garis bujur yang istimewa, yaitu garis bujur
yang melewati kota
Greenwich di London-Inggris. Garis bujur ini dijadikan titik pangkal ukur dalam
pengukuran bujur tempat, sehingga harga bujur yang melewati kota ini bernilai 0o.
Jarak antara garis bujur yang melewati kota Greenwich
sampai garis bujur yang melewati suatu tempat di ukur sepanjang equator disebut
Bujur Tempat atau Thulul Balad atau Bujur Geografis yang
dilambangkan l (lamda).
Bujur twempat bagi tempat-tempat yang berada di timur
Greenwich disebut Bujur Tempat Timur atau Bujur Timur (BT) dan
bertanda positif sedangkan bagi tempat-tempat yang berada disebelah barat
Greenwich disebut Bujur Tempat Barat atau Bujur Barat (BB) dan
bertanda negatif.
Deklinasi matahari atau Mailus Syams
adalah jarak sepanjang lingkaran deklinasi dihitung dari equator sampai
matahari, yang dilambangkan dengan do (delta).
Apabila matahari berada di sebelah utara equator maka
deklinasi matahari bertanda positif dan apabila matahari berada di sebelah
selatan equator maka deklinasi matahari bertanda negatif. Harga nilai deklinasi
matahari ini, baik positif maupun negatif
adalah 0o sampai 23o 27o. Harga deklinasi 0o
terjadi pada setiap tanggal 21 Maret dan 23 September. Selama waktu ( 21 Maret
sampai 23 September ) deklinasi matahari positif dan selama waktu (23 September sampai 21 Maret)
deklinasi matahari negatif.
Equation of Time atau Ta’dilul Waqti atau Ta’diluz
Zaman yang diterjemahkan dengan Perata Waktu, yaitu selisih waktu
antara waktu matahari hakiki dengan waktu matahari rata-rata (pertengahan).
Dalam ilmu falak dilambangkan e (kecil). Waktu matahari
hakiki adalah waktu yang berdasarkan pada perputaran matahari pada
sumbunya yang sehari semalam tidak tentu 24 jam melainkan kadang kurang dan
kadang lebih dari 24 jam. Untuk mempermudah dalam penyelidikan benda-benda
langit diperlukan waktu yang tetap (constant) yakni sehari semalam 24 jam yang
disebut Waktu Pertengahan atau Waktu Wasatiy.
5.
Meridian Pass
Meridian Pass (MP) adalah waktu pada saat matahari tepat
di titik kulminasi atas atau tepat di meridian langit menurut waktu
pertengahan, yang menurut waktu hakiki saat itu menunjukkan tepat jam 12 siang.
Meridian Pass di rumuskan dengan MP = 12 – e.
6. Interpolasi
Waktu
Interpolasi waktu adalah koreksi/merubah dari waktu
pertengahan menjadi waktu daerah atau
dipahami sebagai selisih waktu antara dua tempat. Dapat dihitung dengan rumus :
Interpolasi Waktu = ( lamda - lamda b ) : 15
Keterangan : lamda b WIB = 1050
lamda b WITA =
1200
lamda b WIT = 1350
7. Tinggi
Matahari
Tinggi matahari ialah jarak busur sepanjang lingkaran
vertikal dihitung dari ufuk sampai matahari. Taua disebut Irtifa’us Syams yang
di beri notasi ho
(hight of sun). Tinggi matahari bertanda positif apabila
posisi matahari berada di atas ufuk dan bertanda negatif bila matahari berada
dibawah ufuk.
8. Sudut
Waktu Matahari
Sudut Waktu Matahari adalah busur sepanjang lingkaran
harian matahari dihitung dari titik kulminasi atas samapai matahari berada.
Atau sudut pada kutub langit selatan atau utara yang diapit oleh garis meridian
dan lingkaran deklinasi yang melewati matahari.atau disebut Fadh-lud Da’ir yang
dilambangkan dengan to.
Harga sudut waktu adalah 0o sampai 180o.
nilai sudut 0o adalah ketika matahari berada di titik kulminasi atas
atau tepat di meridian langit sedangkan nilai sudut 180o ketika
matahari berada di titik kulminasi bawah.
Apabila matahari berada di sebelah barat meridian maka
sudut waktu bertanda positif dan apabila berada di belahan langit sebelah timur
maka sudut waktu bertanda negatif.
9. Ikhtiyat
Ikhtiyat atau pengaman yaitu suatu langkah pengaman
dalam perhitungan awal waktu shalat dengan cara menambahkan atau mengurangi
sebesar 1 s/d 2 menit waktu dari hasil perhitungan yang sebenarnya. Ikhtiyat
dimaksudkan untuk :
·
Agar hasil
perhitungan dapat mencakup daerah-daerah sekitarnya, terutama yang berada
disebelah baratnya @ menit = + 27.5 km.
·
Menjadikan
pembulatan pada satuan terkecil dalam menit waktu sehingga penggunaannya lebih
mudah.
·
Untuk
memberikan koreksi atas kesalahan dalam perhitungan dan menambah keyakinan
bahwa waktu sholat telah masuk sehingga ibadah shalat dilaksanakan dalam
waktunya.
1. Waktu
Dzuhur, dimulai sesaat matahari terlepas dari titik
kulminasi atas, atau matahari terlepas dari meridian langit. Waktu pertengahan
pada saat matahari berada di meridian (Meridian Pass)
di rumuskan dengan MP = 12 – e.
2. Waktu
Ashar, dimulai ketika bayangan matahari sama dengan
benda tegaknya, artinya apabila pada saat matahari berkulminasi atas membuat
bayangan senilai 0 (tidak ada bayangan) maka awal waktu ashar dimulai sejak
bayangan matahari sama panjang dengan benda tegaknya. Tapi apabila pada saat
matahari berkulminasi sudah mempunyai bayangan sepanjang benda tegaknya maka
awal waktu ashar dimulai sejak panjang bayangan matahari itu dua kali panjang
benda tegaknya. Di rumuskan dengan
h asar = tan ( phi - delta ) + 1.
3.
Waktu
Magrib, adalah waktu matahari terbenam. Dikatakan
matahari terbenam apabila – menurut pandangan mata – piringan atas matahari
bersinggungan dengan ufuk. Dirumuskan dengan h
mg = -1o.
4.
Waktu
Isya’, dimulai pada posisi matahari – 18o
di bawah ufuk malam sudah gelap karena telah hilang bias partikal (mega merah),
sehingga benda-benda dilapangan terbuka sudah tidak dapat dilihat batas
bentuknya dan pada waktu itu semua bintang baik yang bersinar terang maupun bersinar lemah sudah tampak, maka
ditetapkan sebagai awal waktu isya’
sehingga dirumuskan dengan h is = - 18o .
5.
Waktu
Subuh, ketika posisi matahari berada - 20o
di bawah ufuk timur, bintang-bintang sudah mulai redup karena kuatnya cahaya
fajar, maka hal ini ditetapkan sebagai awal waktu subuh sehingga dirumuskan h sb = - 20o .
6.
Waktu
Imsak, dimulai/terjadi 8 menit sebelum subuh
artinya seukuran waktu yang diperlukan bagi membaca 50 ayat al-Qur’an. 8 menit
sama dengan 2o, maka tinggi
matahari pada waktu imsak ditetapkan - 22o dibawah ufuk sehingga dirumuskan h im = - 22o .
7.
Waktu
terbit, Terbitnya matahari ditandai dengan piringan
atas matahari bersinggungan dengan ufuk sebelah timur, sehingga ketentuan yang
berlaku untuk waktu magrib berlaku pula untuk waktu terbit. Dengan rumus h
tb = - 1o
8.
Waktu
Dluha, dimulai ketika matahari setinggi tombak.
Atau diformulasikan dengan jarak busur sepanjang lingkaran vertikal dihitung
dari ufuk sampai posisi matahari pada awal waktu dluha, yakni 3o 30o sehingga di rumuskan h dl = 3o
30o .